Marhalaisme Ala Anak Ma'had ...!!!
Perbincangan seputar
problematika yang terjadi di negeri ini sering dijumpai dalam mewarnai media massa kita. Mulai dari
pelaksanan UAN (SMA/MA) yang dilaksanakan bulan april kemarin banyak
menyisahkan kesan yang kurang mendidik yang terjadi di beberapa daerah,
kebijakan politik yang tak kunjung memberikan kesejahtraan kepada penghuni
Republik ini, demo besar-besaran yang digelar oleh kaum buruh, demo kenaikan
BBM yang didominasi perlemen jalanan (mahasiswa), peristiwa kelaparan, kasus
illegal logging, kasus korupsi yang melibatkan wakil rakyat, program BLT yang masih menyisahkan banyak tanda tanya, dan masih banyak lagi problem lainnya. Yah
sudahlah.., kita tidak usah terlalu dipusingkan dengan kepemimpinan seorang pemimpin
di Republik ini. Yang terpenting buat kita adalah, mari kita sama-sama berusaha
untuk menyikapi peristiwa demi peristiwa itu dengan terus meningkatkan kapasitas
kita menjadi manusia yang bermanfaat, berguna bagi agama, bangsa dan negara dengan
senantiasa berusaha untuk menggapai cita-cita yang kita cita-citakan. Sebab
sebagai orang yang terpelajar (mengenyam pendidikan formal) sudah menjadi
kewajiban untuk senantiasa mengembangkan diri dalam bingkai meningkatkan
keterampilan dan diridhoi oleh Allah SWT.
Berkaitan dengan komentar di atas hanyalah
prolog (pendahuluan) dalam mewarnai tulisan ini, namun demikian sedikit
banyaknya akan memberikan gambaran kepada kita keadaan Negara Republik Indonesia
saat ini. Lalu apa kaitannya dengan “Marhala”? jelasnya saya tidak berdalih
untuk membuat suatu kesimpulan yang mengada-ngada, akan tetapi kalau diamati
dari segi Fonomena pasti ada sangkut pautnya yang nantinya akan memunculkan beberapa
tanggapan yang sekiranya bisa dijadikan bahan pelajaran buat kita semua. Dan entah
kenapa dan angin darimana, saya tiba-tiba terinspirasi untuk menulis
(berkomentar) tentang “Marhala”. Padahal
kalau mau jujur saya belum merasakan arti yang sesungguhnya dari ungkapan “Marhala”
itu sendiri, tapi itu tidak menjadi soal, yang terpenting adalah saya dapat
mengeluarkan unek-unek dalam kontek melatih kemampuan menulis, meskipun kenyataanya,
kita mempunyai rumusan sendiri-sendiri dalam memberikan pandangan yang berbeda
berkaitan dengan hal ini. Walaupun demikian kita jangan sampai terlena dengan “Marhala”
sehingga mengabaikan kewajiban utama kita untuk datang menuntut ilmu. Sebab
kalau kita sudah terlena dan seakan-akan lupa dengan kewajiban utama kita, maka
besar kemungkinan yang terjadi adalah anggapan miring (datang menuntut Marhala
bukan Ilmu).
Selanjutnya dalam hal ini saya akan mencoba
berargumen, tentunya berkaitan dengan “Marhala” dengan tidak memanipulasi makna
dari Marhala itu sendiri. Akan tetapi sadar atau tidak, jika ditilik
(penglihatan yg teliti) dinamika Marhala sudah mengalami distorsi
(penyimpangan) yang sudah melanggar rambu-rambu yang ada, sehingga Marhala
kerap kali memunculkan kesan-kesan negatif yang sebenarnya tidak demikian yang
kita harapkan. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena Marhala sudah bukan
menjadi hal yang asing dalam mewarnai kehidupan kita di lembaga pendidikan ini.
Sebenarnya, Marhala pada dasarnya memberikan distribusi yang sangat baik bagi
kehidupan bermasyarakat di lembaga ini, kalau seandainya Marhala itu dimaknai
pada perspektif (sudut pandang) yang positif, arif, dan bijaksana. Tetapi anehnya
para penganut Marhalaisme selalu mempengaruhi orang-orang yang
disekelilingnya dalam hal yang kurang pantas untuk ditiru, sehingga tak heran
kalau banyak orang yang terpengaruh dan akhirnya Taklid Buta ( blind fanatic)
dengan mengatasnamakan Marhala. Aneh tapi nyata,…!?! !
Beberapa waktu
yang lalu ada kejadian yang memilukan dan membuat kita gerah, sebab yang
menjadi pemicu genjatan senjata (perang mulut) antara dua orang tolibah,
tidak lain dan tidak bukan adalah masalah Marhala. Ironisnya dua anak yang mungkin
salah paham itu masih hijau alias terlalu dini untuk “Taasubiyah” terhadap
marhala. Ada
apa gerangan? Yah, tentu ada sebab-musababnya. sehingga yang terjadi saling
menghasut, melecehkan, mengejek, bahkan cenderung melanggar disiplin. Dari
kejadian tadi kita bisa mengambil pelajaran yang dapat dipetik (ibroh) dari
dampak yang muncul yang erat kaitannya dengan Marhala. Sehingga ada baiknya
kita berpikir sejenak dan bertanya pada diri kita, apa yang harus kita lakukan
untuk mengantipasi hal itu? Karena kalau kita melihat dari jiwa mereka yang
masih labil dan cute (lugu), maka tidak menutupi kemungkinan kejadian itu bisa
memunculkan pertikaian yang lebih dasyat dan susah untuk dikendalikan. Walaupun
sebenarnya saya cenderung menganggap Marhala adalah alternatif yang baik untuk mempererat
tali silaturrahim antara satu dan lainnya. Tapi apa dikata, kalau Marhala dijadikan
kambing hitam untuk membenarkan tindakan-tindakan yang melanggar aturan
yang selama ini kita jadikan ciri khas lembaga ini. Sayang seribu sayang kalau
kenyataanya Marhala dijadikan kambing hitam untuk membela teman semarhala yang
terbukti telah melanggar aturan. sebagaimana yang kita harapkan, hal itu tidak
akan terjadi lagi dan mudah-mudahan para Maniak Marhala akan
terketuk hatinya untuk lebih objektif dalam memaknai istilah Marhala itu
sendiri.
“Marhala” begitulah ungkapan istilah yang sangat familiar (akrab) terdengar di telinga kita. Apakah ungkapan ini istilah atau memang mempunyai maknabaku
yang bisa diartikan dengan pengertian lain? saya juga masih terbatas alias masih
samar-samar dalam memaknai kata Marhala. Akan tetapi secara etimologi (menurut
arti kata) artinya “berangkat, pindah tempat” diambil dari kamus Arab-Indonesia
(Prof. Dr. H. Mahmud Yunus). Nah kalau kita kaitkan dengan kegitan kakak kelas
enam yang telah sedang berlangsung di daerah yang dinakhodai oleh Bung Longki
Janggola (Parigi) yaitu (Rihlah Iqtisodiyah, Study Tour). Memang sangat relevan
(cocok), karena Rihlah atau Tour artinya
perlawatan, perjalanan, pelancongan, darmawisata. (dari asal kata
“Rahala-Yarhalu, Rihlah, Marhala) Jadi menurut asumsi saya ungkapan Marhala
mungkin lebih cenderung sebagai istilah yang artinya Angkatan, Tamatan,
seperiode. Namun demikian, hal itu bukan menjadi inti komentar dalam tulisan
ini. Akan tetapi yang menjadi sorotan adalah bagaimana caranya Marhala kita
jadikan sarana untuk mempererat ukhuwah islamiyah dalam hal positif dan tidak
menempatkan Marhala pada posisi yang sama skali tidak sesuai dengan
prinsip-prisip yang ada. Agar supaya tidak akan terjadi lagi hal-hal yang tidak
kita inginkan. Seiring dengan tulisan ini, maka dalam waktu dekat lembaga ini akan
menamatkan alumni yang Insya Allah akan memberikan kesan “Marhala” yang baik,
bernilai, bermartabat, berwibawa, dan diridhoi Allah SWT, Amin.. (B@ers’sz)
“Marhala” begitulah ungkapan istilah yang sangat familiar (akrab) terdengar di telinga kita. Apakah ungkapan ini istilah atau memang mempunyai makna
Komentar
Posting Komentar