Gaza Tonight
“Kegembiraan ramadhan yang terenggut di jalur
gaza ”
Beberapa waktu
yang lalu tepatnya sebulan sebelum ummat Islam menyambut bulan suci Ramadhan, isu
terorisme yang klasik alias basi selalu mewarnai media-media di Indonesia
bahkan internasional baik cetak maupun elektronik. Cuman sayangnya ada beberapa
media yang terkadang tidak berimbang dalam memberitakan beritanya. Sehingga terbentuk
opini di masyarakat (Public Opinion) bahwa Islam adalah Agama pro kekerasan. Kita semua sepakat bahwa agama apapun tidak pernah
membenarkan semua tindak kekerasan, apalagi Islam sebagai Agama Rahmatan
lilalamin yang tentunya sangat mencintai perdamaian dan memberikan Rahmat bagi
seluruh Alam. Lain lagi ceritanya kalau Islam diperangi, tentunya wajib mengangkat
senjata untuk membela Agama.
Yach…, paling
tidak janganlah Islam selalu dideskreditkan karena hanya tindakan satu oknum atau
kelompok yang merusak citra Islam yang sebenarnya Islam tidak pernah
mengajarkan kekerasan. Sebagaimana Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid mengimbau seluruh
pihak termasuk pemerintah untuk tidak membuat stigma teroris yang dibenturkan
dengan simbol-simbol keislaman seperti cadar dan janggut, sehingga tidak timbul
saling curiga dan menuduh, “jangan sederhanakan penanganan masalah terorisme
sekedar dengan formalitas jilbab, janggut dan aktifis masjid,” kata Hidayat
sesuai penandatanganan serah terima pengembalian aset Sekjen MPR RI dan aset
pemerintahan Pemprov Jabar, di Gedung Sate, Kamis (20/8/2009), “karena teroris
bisa berlaku dengan wajah apapun,” sambung Hidayat. Ia menambahkan, dengan cara
seperti itu justru akan makin membuat teroris menang karena merasa berhasil memecah
belah bangsa, sehingga saling memunculkan rasa curiga dan menuduh di antara
masyarakat, kemudian membuat orang takut ke Mesjid dan anak mudanya memilih
untuk tidak ke Mesjid daripada dicap teroris dan memilih hidup hedonis atau
kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Oleh karena
itu mari kita sama-sama memerangi teroris dengan berbagai macam cara sala satunya
dengan terus belajar Islam dengan benar sehingga tidak menimbulkan pemahaman
yang melenceng sebagaimana yang diisukan bahwa para Bomber belum memahami Islam
secara Kaffah.
Tulisan ini saya
tulis satu hari sebelum menyambut bulan suci Ramadhan tepatnya tanggal
(21/8/2009) ketika itu pada hari sebelumnya saya mengunjungi warnet untuk mengobrol
melalui facebook(chatting) dengan sala seorang teman yang sedang study di
Al-Azhar yang juga alumni Istiqomah, dan pada saat itu obrolan kami masih
seputar saling tanya kabar dan sesekali dia menyinggung tentang perkembangan Istiqomah
beloved Campus yang nota benenya Istiqomalah yang berjasa sehingga dia sampai
di negeri orang untuk menuntut ilmu. Yupz…., lama kelamaan pembicaraan kami
mulai menyangkut berita alias hot news yang gencar-gencarnya disiarkan di
beberapa media di belahan dunia, sehingga dia berkata bahwa katanya ada tawaran
untuk bekerja di Pers. Akhirnya pembicaraan kami terhenti sampai disitu sebab
pada waktu yang bersamaan saya tiba-tiba terinspirasi untuk mengunjungi sala
satu situs Islam yang pimpinannya kalau tidak salah M. Facry yang pernah
diundang di Tv One dalam pembicaraan masalah Nurdin M. Top. Ketika itu berbagai
macam berita yang tersedia dalam situs bernapaskan Islam itu banyak mengangkat
berita-berita tentang kondisi ummat Islam di belahan dunia, di antaranya
keadaan saudara-saudara kita yang berada di Jalur Gaza saat menyambut bulan suci Ramadhan. Seorang
anak Gaza
berusia14 tahun tersenyum pahit saat menjelaskan mengapa ia tidak merasakan kegembiraan
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Kita semua pasti sudah mengerti apa
sebenarnya yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Palestina khususnya di
Jalur Gaza , bisa kita bayangkan bagaimana
keadaan saudara-saudara kita dalam menyambut bulan suci Ramadhan di sana . Ada yang sudah kehilangan tempat tinggal,
kehilangan bapak, kehilangan ibu, kehilangan kakak dan adiknya, dan kehilangan
semua sanak keluarganya. Maka terenggutlah kegembiraan Ramadhan di Jalur Gaza yang disebabkan oleh
ulah para Zionis yang tidak punya perikemanusiaan terhadap ummat Islam
Palestina. Sebagaima hampir 1,6 juta orang di Gaza kehilangan kegembiraan bahwa Ramadhan
adalah bulan istimewa bagi seluruh Muslim di seluruh dunia.
Tahun ini bulan
suci Ramadhan mendatangi Gaza yang sedang
dilingkup oleh barbarisme perang Israel dan tercekik oleh
pengepungan bangsa Zionis, sehingga hati mereka dan rumah mereka disesaki duka
dan kesedihan, lalu hidup mereka merana dan hampir tidak dapat bernapas. Sebab Israel telah mengisolasi wilayah Gaza dan penduduknya dari
dunia, sejak Hamas terpilih untuk berkuasa pada tahun 2006, serta menutup semua
perbatasan. Israel
juga menghalangi bantuan kemanusiaan yang terdiri dari barang-barang yang
sangat jauh dari membahayakan seperti keju, sikat gigi, pasti gigi, sabun, dan
tisu toilet. Bahkan warga Palestina di Jalur Gaza
harus rela menikmati Shaumnya di bawah bayang-bayang kegelapan karena Israel terus-menerus
memblokir pengiriman bahan bakar, sampai ada warga Palestina yang tidak
memiliki penerangan sama skali. Biasanya menjelang Ramadhan, orang-orang pergi
ke pasar untuk membeli seluruh kebutuhan mereka untuk satu bulan penuh. Namun
tahun ini, mereka yang sebagai pedagang memiliki sedikit sekali persediaan
barang untuk dijual, dan orang-orang pun tidak memiliki uang untuk membelinya. Ada juga warga Palestina
yang berjalan mengelilingi pasar untuk mencari keperluan yang akan dibeli untuk
keluarganya dengan uang seadanya, karena memang harga-harga semakin membumbung
tinggi, sehingga para orang tua sepertinya tidak mampu memberikan santapan
Ramadhan seperti tahun lalu. Ibu delapan orang anak yang suaminya kehilangan
pekerjaan akibat penjajahan Israel
mengatakan bahwa dirinya yakin akan mendapatkan makanan untuk berbuka. “Saya
hanya berharap anak saya memperoleh satu jenis makanan saja untuk disantap.”
Dan salah seorang anak di Palestina sudah mengerti bahwa ia tidak mungkin
menemukan daging, ikan, dan buah dalam menu makannya, namun yang paling
menyakitkan baginya adalah bahwa ia tidak akan mendapat lampu warna-warni yang
biasa dibelikan ayahnya tiap kali Ramadhan tiba.
Jumlah
pengangguran di Jalur Gaza saat ini melebihi 60% dan Bank Dunia memperkirakan bahwa
dua per tiga populasi di wilayah ini harus hidup di bawah garis kemiskinan, dan
lebih dari satu juta orang bertahan dengan pasokan makanan dari PBB. Dengan
demikian Zionis Israel terus-menerus mendzolimi ummat Islam di Palestina, ummat
Islam di sana dihinakan setiap hari dengan menjalani cek keamanan sewaktu-waktu
yang membuat perasaan seperti aneh hidup di negeri sendiri, tugas yang
sederhana menjadi tugas yang komplek dan beban yang berat. Di Iraq ummat Muslim
menghadapi ancaman yang serupa, mereka menjalani pemeriksaan keamanan
sewaktu-waktu oleh kekuatan penjajah. Orang-orang tersebut memiliki kehidupan
yang hancur karena akibat dari kekuatan agresi, mereka hidup dalam kegelisaan,
hidup dalam ketakutan dengan ancaman serangan yang mungkin terjadi secara
tiba-tiba. Ummat Muslim yang hidup di sana
melihat komunitasnya dimusnahkan, kaumnya dipenjara dan disiksa, mereka
kehilangan semua yang mereka miliki dan barang-barang harta benda yang mereka
punyai akibat bom dan perampasan. Kehormatan mereka dihinakan,
keimanan/keyakinan mereka diolok-olok dan intelegensi mereka juga
dicela/dihina. Coba kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita tega
membiarkan saudara-saudara kita didzolimi oleh orang-orang yahudi yang berhati
binatang? Tentunya kita tidak rela membiarkan saudara seiman kita didzolimi,
sebab itulah kita disatukan dalam satu persaudaraan. Rasulullah Muhammad SAW
mengatakan : Ummat Islam adalah satu bangsa, tanah kita adalah satu dan perang
kita adalah satu. Dalam riwayat lain beliau bersabda : bahwa ummat Muslim itu
adalah satu tubuh, ketika satu bagian tubuh menderita maka bagian tubuh yang
lain akan merasakan sakit. Karenanya rasa lapar, rasa takut, rasa sakit dan
derita yang dirasakan oleh ummat Muslim di Negara-negara tersebut secara
langsung juga dirasakan oleh kita dalam hati kita, tangisan mereka dan jeritan
mereka didengar oleh kita karena itulah kita harus meresponnya, air mata mereka
adalah air mata dari ibu dan bapak kita, penghinaan terhadap mereka adalah
penghinaan buat kita juga ummat Islam seluruh dunia. Saudaraku marilah kita mendoakan
saudara-saudara kita yang pada saat menyambut bulan Ramadhan tidak merasakan kenikmatan,
ketentraman, ketenangan, dan kegembiraan sebagaimana yang kita rasakan. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kemuliaan kepada saudara-saudara kita dan menghinakan
orang-orang Yahudi yang telah melampui batas.
Ya Allah…!
Ampunilah kami jika kami lalai dalam melaksanakan kewajiban kami terhadap-Mu, Ampunilah
kami jika kami membiarkan saudara-saudara kami terlarut dalam kemalasan atau
mengejar kepuasan terhadap diri sendiri. Ya Allah! Ampunilah kami jika kami
tidak merespon tangisan dari saudara-saudara kami, ampunilah kami karena
membiarkan ummat turun tingkatan keimanannya. Ya Allah! Hadirkanlah dari ummat
ini orang yang berdiri tegap untuk mempertahankan kehormatan ummat Muslim,
hadirkanlah orang yang berjuang mengembalikan kemuliaan ummat kami, hadirkanlah
orang yang akan selalu meninggikan kalimatmu. Ya Allah! Kuatkanlah ummat
Muslim, kembalikanlah kehormatan dan martabat ummat Muslim.
Ya Allah!
Hancurkanlah musuh-musuh kaum Muslimin, hancurkanlah orang-orang kafir dan
kekuasaan mereka yang menguasai kami, jatuhkanlah dan hinakanlah orang-orang
kafir sebagaimana mereka telah melakukannya pada saudara-saudara kami. Ya
Allah! Jadikanlah kami berada diantara orang-orang yang berperang dan berjuang
untuk mencapai rahmat-Mu di bulan suci Ramadhan ini, Amin..!!? (Baers’sz)
Just Testing ......
BalasHapus